Agrosociopreneur Solusi Regenerasi Pertanian

By Admin


nusakini.com - Regenerasi petani merupakan isu penting yang perlu diperhatikan oleh semua pihak. Data Sensus Pertanian tahun 2013 memperlihatkan bahwa jumlah rumah tangga petani turun 20% dari 79,5 juta menjadi 63,6 juta atau turun 15,6 juta. Tak hanya itu kenyataannya 61% petani Indonesia telah berusia lebih dari 45 tahun, karena itu keterlibatan generasi milenial dalam mendukung, mengembangkan serta memajukan sektor pertanian menjadi pekerjaan rumah terbesar bagi berbagai pihak khususnya Kementerian Pertanian (Kementan). Untuk menumbuhkan minat generasi milenial pada sektor pertanian diperlukan adanya perubahan pola pikir dan cara pandang bahwa petanian atau profesi petani itu bukan menggambarkan kemiskinan melainkan suatu profesi yang prospektif di tengah era teknologi maju saat. 

Sebagai tindak lanjut program Jambore Petani Muda 3 yang telah dilaksanakan di 12 fakultas pertanian di Indonesia pada tahun 2019 lalu, PT. Petro Kimia Gresik sebagai anak perusahaan Pupuk Indonesia Holding Company mengadakan kegiatan Agrosociopreneur Competition Jambore Petani Muda 3. Acara yang dilaksanaan pada tanggal 5-7 Februari 2020 ini melibatkan 9 tim terbaik dari Universitas dan Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan). 

Mengawali kegiatan ini hadir Sekretaris Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dr. Ir. Siti Munifah, MSi sebagai narasumber dalam talkshow inspiratif. Topik Agrosocioprenerus Sebuah Tawaran Solusi Dalam Pengembangan dan Optimalisasi Sumber Daya Perdesaan Melalui Peran Mahasiswa dan Masyarakat diangkat sebagai bentuk dukungan pemerintah dalam regenerasi petani di Indonesia. Agrosociopreneur dapat menjadi tawaran solusi dalam regenerasi pertanian. Hal ini dikarenakan lulusan Polbangtan maupun SMKPP dibawah naungan Kementerian Pertanian dapat menjadi penggerak ekonomi dengan membuka lapangan usaha bahkan mampu memberikan peluang usaha. Denan demikian lulusan Polbangtan maupun SMKPP dapat mengatasi permasalahan sosial dan ekonimi di Indonesia yaitu kemiskinan dan pengangguran, papar Siti Munifah. 

Seorang wirausahawan social berbeda dengan seorang wirausaha bisnis karena entrepreneur social bukan hanya untuk mendapatkan suatu keuntungan tetapi juga mengajak dan mengubah masyarakat menjadi lebih baik kehidupan dan lingkungannya. Ia pun menggambarkan beberapa perbedaan dan karakter seorang wirausahawan dengan wirausahawan sosial yakni wirausahaan memiliki kemampuan luar biasa untuk melihat peluang baru, memiliki tekad untuk mengambil peluang itu , memiliki kegigihan untuk mengambil resiko, mampu melihat bahwa kesetimbangan yang kurang optimal adalah peluang usaha dan fokus pada hasil sehingga menghasilkan kreativitas yang tepat sasaran. Sedangkan wirausahawan sosial Menargetkan pasar yang kurang terlayani / kurang tergarap dengan baik, Melakukan perubahan transformatif skala besar, Melakukan proses yang etis untuk mencapai perubahan itu, Melihat kesetimbangan yang stabil tetapi tidak adil (tidak hanya yang kurang optimal) dan Mampu mengambil kesempatan untuk mencapai keseimbangan baru. 

“Agrosociopreneur harus mampu untuk menjadi inovator/pembaharu di bidang pertanian, mampu membangun kelembagaan dan jaringan usaha serta pertanian berdaya saing berbasis pada teknologi informasi, berwawasan kebangsaan dan kegotongroyongan, responsif dan adaptif terhadap perubahan lingkungan internal – eksternal strategis”, tegas Siti Munifah. 

Tak lupa Dr. Siti Munifah menjelaskan langkah-langkah untuk menjadi Agrosociopreneur, yakni cari peluang usaha yang sekaligus menjadi solusi permasalahan masyarakat, Kembangkan konsep bisnis (didalamnya ada tujuan bisnis), Definisikan arti sukses dan bagaimana mengukurnya, Kumpulkan sumberdaya yang tepat , Jalankan dan kembangkan bisnis sosial tersebut dan terakhir Pastikan tercapai tujuan bisnis

“Kegiatan ini sangat baik dalam menumbuhkan ketertarikan generasi Milenial terhadap pertanian. Selain mendukung upaya pemerintah meregenerasi petani, diharapkan melalui kegiatan ini akan Agrosociopreneur yang mampu memberikan dampak sosial ekonomi bagi Indonesia. Pertanian jika dikelola dengan baik, benar dan serius maka akan menjadi bidang yang sangat prospektif. Apalagi, Indonesia merupakan negara agraris, bahkan saat ini sudah banyak komoditas pertanian yang bisa diekspor dan tidak kalah dengan bidang lainnya" ungkap Siti Munifah yakin. (pr/eg)